Rangkuman bab 4
PEMUDA DAN
SOSIALISASI
1. INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Pembicaraan dekan FISIP-UI Dr. Manasse
malo, Drs. Enoch Markum, drs. Zulkarimen Nasution dalam seminar ‘Remaja dalam
Prospek Perubahan Sosial’ menyimpulkan pembicaraan bahwa Masa remaja adalah
masa transisi dan secara psikologis sangat problematis yang dapat memungkinkan
mereka berada dalam anomi. Akibat kontradiksi norma maupun orientasi mendua.
Dengan demikian, keadaan tersebut seringkali menimbulkan perilaku menyimpang
berupa melakukan pelanggaran dan dapat memungkinkan mereka menjadi berpengaruh
terhadap media massa. Menurut Enoch Markum, Anomi muncul akibat keanekaragam
dan kekaburan norma yang mereka berusaha mencari pegangan norma lain yang bisa mengisi
kekosongan dan memberi peluang pada pelanggaran akibat kesalahan pegangan
tersebut.
ORIENTASI
MENDUA
Menurut
Dr. Male, orientasi mendua adalah orientasi yang bertumpu pada harapan
orangtua, masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan
serta loyalitas terhadap teman sebaya. Kondisi bimbang yang dialami oleh para
remaja menyebabkan mereka melahap semua isi informasi tanpa seleksi. Dengan
demikan, mereka adalah kelompok potensial yang mudah dipengaruhi oleh media
massa. Menurut Dr. Malo, keadaan bimbang akibat orientasi mendua ini
menyebabkan remaja nekad melakukan tindak bunuh diri dengan
diketahuinya remaja di Jakarta bahwa 5,6% dengan 1337 kasus yang
dalam hubungannya dengan diagnosis psikiatris dan faktor sosial kultural.
Mengatasi
hal ini ada beberapa solusi yang bisa digunakan. Akan tetapi, harus
memperhitungkan peranan kelompok teman sebaya dengan program pendidikan lah
yang dapat melawan arus nilai teman sebaya. Disisi lain, waktu luang remaja
juga harus diperhatikan. Namun Enoch Markum berpendapat bahwa remaja harus
diberi kesempatan berkembang dan beragumentasi. Tidak semua yang termasuk dalam
youth cultur ini jelek. Antara remaja dulu dan sekarang disebabkan munculnya
fungsi-fungsi baru dalam masyarakat yang dulu tidak ada. Ia memiliki 2
alternatif dalam pemecahan masalah ini, pertama mengaktifkan kembali fungsi
keluarga dan pendidikan agama. Kedua, menegakkan hukum yang akan berpengaruh
besar dalam pengukuhan identitas dirinya.
PERAN MEDIA MASSA
Menurut Zulkarnaen Nasution, dewasa ini
tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan demikian, kesan semakin
permisifnya masyarakat juga tercermin pada isi media yang beredar. Sementara
masa remaja yang merupakan periode peralihan dari masa kanak – kanak menuju
masa dewasa, ditandai dengan beberapa ciri.
Peran
media massa terhadap ramaja juga berpengaruh terhadap perilaku dan
karakteristik remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Ciri-cirinya yaitu memiliki keinginan
memenuhi untuk menyatakan identitas diri, memiliki kemampuan melepas
diri dari ketergantungan orang tua, memperoleh akseptabilitas di tengah sesama
remaja. Ciri-ciri itulah yang menyebabkan kencenderungan terhadap arus
informasi dengan selera dan keinginan yang serasi bagi
mereka. Solusi kondisi seperti ini adalah perlunya membekali remaja dengan
keterampilan berinformasi dengan kemampuan menemukan, memilih, mengevaluasi
informasi. Peran pendidikan disinilah juga penting selain orangtua.
Di
samping itu, dengan melakukan intervensi ke
dalam lingkungan informasi mereka secara interpersonal.
Solusi lainnya adalah bimbingan orang tua dengan tetap memegang teguh tuntunan
kode etika dan bertanggung jawab.
PERLU DIKEMBANGKAN
Menurut Arif Gosita SH, berbicara mengenai
kecenderungan orang tua dan remaja memiliki faktor positif
dan negatif. Faktor positif memiliki faktor pendukung hubungan orang
tua dan remaja yang edukatif. Sedangkan faktor
negatif merupakan faktor yang tidak mendukung karena bersifat
destruktif dan konfrontatif. Mengembangkan faktor positif disini
tidaklah mudah karena faktor negatif terus berkembang akibat situasi dan
kondisi tertentu. Sementara itu, menurut Suwarniayati Sartomo, remaja sebagai
invidu yang belum memiliki penilaian mendalam terhadap norma, etika, dan agama.
Tanggung jawab yang tidak sepenuhnya pun menimbulkan masalah
kenakalan remaja yang sepenuhnya berada dipihak yang berwajib. Oleh
sebab itu, setiap perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dari
masa yang dapat diresapi pada masa kekanakannya, karena sifat khas pemuda dan
orangtua memiliki keidentikkan dengan stabilitas hidup dan kemapanan.
Dinamika
pemuda dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola kelakuan yang dapat menyimpang
sebagai anomalis yang tak sewajarnya. Di sisi lain pula usaha
untuk menyalurkan potensi pemuda kerap bersifat
fragmentaris (penyaluran tenaga dan kelebihan pemuda). Tafsiran
klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang
banyak ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili dalam generasi tua di balik
tradisi. Suatu anggapan pemuda tidak mempunyai andil yang berarti ikut
mendukung proses kehidupan bersama masyarakat. Asumsi yang mendasar tidak akan
memberi jawaban maupun konsep mengenai tata kehidupan yang dinamis terhadap
manafsirkan kelakuan kepemudaan sebagai sesuatu yang abnormal. Penafsiran
mengenai identifikasi pemuda disebut sebagai pendekatan ekosferis. Norma yang
tidak senantiasa seorang mengidentifikasi dengan kelompok tempat ia menjadi
anggota kelomok yang resmi (membership-group). Mengindentifikasi dirinya dengan
sebuah kelompok di luar membership-groupnya disebut juga reference-group.
2. PEMUDA DAN IDENTITAS
Pemuda dalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan. Pemuda diharapkan sebagai
generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya secara
terus-menerus (estafet). Pemuda memiliki potensi positif yang harus
digarap dalam hal pengembangan dan membinaan yang sesuai
asas,arah, dan tujuan serta senantiasa bertumpu pada
strategi pencapaian tujuan nasional dalam UUD 1945 alinea
IV. Proses kematangan dirinya pada berbagai media sosialisasi yang ada harusnya
pemuda mampu menyeleksi, mengendalikan diri, dan mempunyai
motivasi yang tinggi.
a. Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh menteri pendidikan dankebudayaan dalam keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor:
0323/U/1978 tanggal 28 oktober1978.
maksudnya adalah agar semua pihak yang terkait benar-benar menggunakannya sebagi pedomanyang dapat terarah, menyeluruh, terpadu, serta mencapai tujuannya. Pola dasar pemibinaan danpengembangan generasi muda disusun berlandaskan:
1. Landasaan idiil :
Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD
1945
3. Landasan strategi : Garis-garis besar Haluan Negara
4. Landasan historis : Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945
5. Landasan normatif : Etika, tata nilai, tradisi leluhur.
Pembinaan dan Pengembangan Generasi muda haruslah terdapat kepekaan sebagai bagian mutlak terhadapsituasi-situasi lingkungan. Kualitas kesejahteraan dasar negara merupakan faktor penentu pembinaangenerasi muda dan bangsa pada masa mendatang. Tanpa ikut sertanya generasi muda, pembangunanbangsa kita dalam jangka panjang dapat kehilangan kesinambungannya.
Ada 2 pengertian pokok dalam halini, yaitu :
1. Sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang memiliki kemandirian terhadapketerlibatan secara fungsional dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa serta pembangunannasional.
2. Sebagai pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang memiliki pengembangan ke arahpertumbuhan potensi ke tingkat yang opitimal.
b. Masalah dan Potensi Generasi muda
1. Permasalahan generasi muncul pada saat ini, antara lain
:
a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme.
b. Kurangnya kepastian terhadap masa depannya.
c. Belum seimbang antara generasi muda dan fasilitas pendidikan yang tersedia.
d. Kurangnya lapangan kerja serta tingginya pengangguran yang mengakibatkatkan berbagai problem sosialdalam pembangunan nasioal.
e. Kurang gizi dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan.
f. Banyaknya perkawinan dibawah umur.
g. Pergaulan bebas yang berbahaya.
h. Meningkatnya kenakalan remaja.
i. Belum ada peraturan perundangan (hukuman).
Pemecahan masalah memerlukan usaha yang terpadu sebagai subjek pembangunan. Organisasi-organisasi lah yangberpotensi dalam kegiatan pembangunan nasional.
2. Potensi – Potensi Generasi Muda/Pemuda
Potensi –potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a. Idealisme dan daya kritis
b. Dinamika dan kreatif
c. Keberanian mengambil resiko
d. Optimis dan bersemangat
e. Sikap kemandirian dan Disiplin murni
f. Terdidik
g. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h. Patriotisme dan nasionalisme
i. Sikap kesatria
j. Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
Sosialisasi adalah proses
yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri agar ia dapat berperan danberfungsi.
Proses sosialisasi berawal dari keluarga. Nilai-nilai yang dimiliki oleh individu dan berbagai perandiharapkan dilakukan oleh seseorang,
yang semuanya berawal dari lingkungan keluarga sendiri. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sistemsosial.
Proses tersebut membuat individu bertindak ( interaksi) beraneka ragam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam halini,
proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Jadisosialisasi dititik beratkan melalui pendidikan dan perkembangannya terhadap diri sendiri dan memandang adanyapribadi orang
lain di luar dirinya. Cohen
(1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompok sebaya,
media
masa. Secara formal, disajikan seperangkat ilmu pengetahuansecara teratur, sistematis, dan perangkat norma yang tegas dan harus dipatuhi. Sedangkan informal, bersifat tidaksengaja yang mempelajari pola-pola keterampilan.
Tujuan pokok sosialisasi adalah:
1. Individu diberikan ilmu pengetahuan (keterampilan)
yang dibutuhkan
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif
3. Dapat mempelajari fungsi-fungsi organik yang dapat mawas diri
4. Bertingkah laku selaras pada lembaga/kelompok khususnya
Faktor lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi merupakan penting, karena proses ini pemuda harus terusberlanjut dengan segala daya imitasi dan identitasnya.
3. PERGURUAN DAN PENDIDIKAN
A.
MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
Jika pada abad ke 20 ini planet bumi dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda, denganperkiraan 17 tahun, tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan.
Di negara-negara maju, pada umumnya generasi muda mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan dan potensi idenya. Dalam mengembangkan gagasan dalam membuatproyek bersama dengan Universitas Oregon dan Unversitas Carnigie Mellon menyimpulkan bahwa lebih daridua 2lusin produk telah dipasarkan dan menciptakan 800 pekerjaan baru dan memperoleh hasil penjualan$46,5juta. Jerih payah para
investor itu membawa negara-negara mereka sebagai negara yang berkembangdalam perekonomiannya. Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruantinggi, lebih banyak diarahkan dalam program
–
program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal.
Kaum muda memang merupakan sumber energi bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Olehkarena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi pengembangan potensi mereka.
B. PENDIDIKAN DAN
PERGURUAN TINGGI
Pendidikan dan perguruan tinggi memiliki
peran penting dalam proses pembangunan nasional yang juga harus
terlibat aktif dan dapat bisa dinikmati oleh setiap orang. Upaya untuk
terciptanya kualitas SDM, sebagai prasat utama dalam pembangunan agar suatu
bangsa berhasil secara ‘self propelling’ dan menjadi bangsa yang maju dan
bermutu. Pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan tujuan
menurut pancasila dalam implementasinya. Melalui pendidikan itu
diharapkan bangsa Indonesia mampu membebaskan diri dari kemiskinan dan
keterbelakangan dengan mencari alternatif lebih baik dan dapat berubah yang
berkesinambungan. Dalam hal ini, pemerintah telah cukup berhasil dalam
pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat arah dan
tepat guna. Akan tetapi, pendidikan formal dapat ditampung dalam pendidikan
formal yang melonjak tinggi dan disamakan juga pada pendidikan non-formal
dengan berbagai keahlian dan keterampilan. Ada dua faktor yang dapat diamati
dalam pembangunan dewasa ini, ialah semakin banyaknya manusia yang membutuhkan
pendidikan dan semakin bervariasi mutu pendidikan yang diharapkan oleh mereka.
Dalam arti inilah, adanya alasan yang
khusus untuk mengenyam pendidikan tinggi, yaitu :
1. Memiliki pengetahuan yang
luas, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran, pembicaaraan,
penelitian tentang berbagai masalah di masyarakat
2. Di bangku sekolah, mahasiswa
mendapat proses sosialisasi secara berencana berbagai melalui mata pelajaran
yang dapat dipahami dan dimengerti.
3. Mahasiswa berasal dari
berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu yang terjadi akulturasi sosial dan
budaya sehingga mampu melihat Indonesia secara keseleruhan .
4. Mahasiswa
akan memasuki berbagai lapisan yang merupakan elite di kalangan
pemuda, umumnya latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan. Mahasiswa mempunyai
pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan dibanding generasi muda lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar